Manusia-manusia Indonesia

“Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman”

Begitulah kira-kira gambaran yang diabadikan Koes Ploes dalam lirik lagunya yang bercerita tentang Indonesia.. Sebuah negara Indah bersumber-daya alam melimpah, bertanah subur dan bergelimang kekayaan laut berkualitas..

Yang lucunya, konon tidak berniat sekalipun kita menangkapnya, Ikan dan Udang secara sukarela datang menghampiri kita..

Gak ada topan dan gak ada badai..

Tenang… Tentram… Gemah Ripah Loh Jinawi..

Gambaran yang ternyata, mungkin memang banyak benarnya..



Menurut riset kecil-kecilan yang gua lakukan demi menulis artikel ini, ternyata sampai dengan tahun 2013, kecepatan rata-rata angin tertinggi di Indonesia hanya menyentuh angka 6,2m/detik dan berada di sekitaran perairan laut jawa & laut arafuru.. Hal ini berbeda jauh jika dibanding kecepatan angin di perairan Eropa, India ataupun Amerika..

Mungkin inilah juga yang menjadi alasan Indonesia terkesan gak serius-serius amat menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu ( PLTB ) di berbagai daerah pesisir.. Sedangkan di belahan dunia lain, Pembangkit Energi Tenaga Angin seperti itu sudah menjadi primadona di lebih dari 70 negara dan terus berkembang..

Proyek PLTB Sidrap
Kecepatan angin laut menentukan tingginya gelombang badai.. Jadi dengan rata-rata kecepatan angin di perairan Indonesia yang terhitung rendah, ya mungkin benar saja apa yang di katakan Koes Ploes, Tanah ini memang tanah surga yang jauh dari topan badai..

Ilustrasi By Googlepic
Juga dalam hal perbedaan Iklim.. Indonesia hanya melewati 2 musim dalam satu tahun, Kemarau dan Penghujan..  Tidak ada musim salju dan gak ada musim semi..

Indonesia menjadi negara hangat tujuan wisata turis-turis mancanegara yang senang berjemur dan berselancar di pantai-pantai Indah kita..

Dan bagi pelancong negara tandus dari timur tengah pun tak perlu lama-lama bersedih, sebab banyak juga tempat-tempat sejuk di perbukitan dan pegunungan Indonesia yang bisa dijadikan tujuan berwisata..










Sekilas saat merenungi berbagai karunia Tuhan yang diberikan keatas tanah air kita, negara ini agaknya benar-benar nyaris sempurna ya?

Tapi toh ternyata Tuhan memang benar-benar maha adil..

Manusia Indonesia yang gak perlu daya juang muluk-muluk jika ingin bertahan hidup, melahirkan kehancuran bagi dirinya sendiri..

Untuk bertahan hidup di pedesaan, manusia Indonesia hanya cukup masuk ke hutan, membuat gubug kecil, membuka lahan lalu bercocok tanam..

Untuk bertahan hidup di perkotaan, manusia Indonesia hanya cukup mengatur lalu-lintas di perempatan, menarik uang dari area parkir mini market, atau bernyanyi dengan tepuk tangan ringan di bus-bus dalam kota..

Untuk tidur, kolong jembatan-jembatan penyebrangan bisa dijadikan lahan mengejar lelap..

Kemudahan ini membuat banyak dari kita lalai untuk mengasah kemampuan diri..

Kita jd malas mengupgrade isi kepala, atau menaikan kelas keilmuan kita..

Jangankan mempelajari sejarah atau teknologi, mempelajari kemampuan baru pun kebanyakan dari kita ogah..

Berbeda dengan manusia-manusia dari negara 4 musim..

Jika saja mereka gak punya lifeskills yang mumpuni, mereka gak akan bisa mendapat pekerjaan yang layak..

Jika sampai mereka menjadi gelandangan, mereka bisa saja mati tertimbun salju atau terkena hipotermia dipinggir jalan saat musim dingin berkunjung..

Saat artikel opini ini ditulis, suhu di kota Moskow, Rusia, mencapai titik minus 65° Celcius.. Cukup untuk membuat rambut dan alis membeku seketika jika kita sedang berada diluar ruangan..

Di New York City, suhu mencapai 2° Celcius, di Suriah, suhu bahkan sampai minus 4° Celcius..




Berbagai karunia yang diberikan kepada Indonesia, membuat bangsa ini jadi mudah sekali bertahan hidup, mudahnya bertahan hidup dinegeri ini menjadikan sebagian besar dari kita menjadi manja, manja berkembang menjadi malas, malas kemudian menjadi tabiat yang membudaya dan sulit sekali diberantas..

Apapun terbiasa mudah, karena kalau bisa mudah mengapa dipersulit?

Dipermudah dengan apa?

Jelas dengan jalan pintas..

Uang menjadi panglima..

Korupsi meraja..

Pemikir idealis mulai terkikis..
Pergerakan kaum muda mulai langka..

Kritik sosial kepada kaum mapan meniada..

Semuanya ikut tolol, demi hidup mudah..

Orang kaya lebih dihormati daripada orang berilmu..

Orang berilmu melacurkan diri kepada penguasa atau pengusaha..

Semua demi hidup mudah..

Berusaha tetap menjadi waras semakin sulit, atau tepatnya dipersulit..

Keadaan semakin menguntungkan bagi orang-orang bebal yang curang, tapi menghimpit kelompok lain yang masih setia pada integeritas..

Bagi mereka yang masih setia merawat nalar, hidup di negeri ini gak lebih dari menonton eskalasi ngeri..

Mungkin nanti pada akhirnya, saat suatu hari nanti negara ini sekarat sebab satu-persatu lini vitalnya dijual bagai besi tua berkarat, barulah kita semua sadar bahwa seluruh karunia ini hanyalah jebakan yang melalaikan..


 





Lebih dari belasan orang yang gue kenal menikah tanpa punya pekerjaan atau lifeskills yang baik, puluhan lainnya masih tinggal di rumah orang tua meski umur mereka rata-rata sudah menginjak kepala 3..

Bukan sebab mereka ingin berbakti ataupun agar mereka bisa lebih mudah merawat atau menghidupi orang tua yang tengah menua, bagi mereka yang belum menikah biasanya mereka memang tinggal untuk menumpang hidup, atau jika sudah berkeluarga dan memiliki pekerjaan tetap, minimal menjadikan orang tua sebagai baby sitter untuk anak-anaknya yang masih balita..

Bahkan banyak dari mereka yang masih menganggur, tetap menuntut jatah “Uang Jajan” dari orang tuanya..

Umur kepala 3 masih dapet uang jajan?

Lucunya lagi, mereka masih bisa merokok dan membeli kuota Internet untuk eksis di media sosial.. Sungguh manusia malas yang gak tau malu..


Kebiasaan manja dan malas memang akut dewasa ini.. Malas membaca, malah belajar dan malas berusaha..

Kebiasaan hidup mudah pada akhirnya menjadikan bangsa ini bangsa yang sama mudahnya untuk dikuasai..

Mulai dari sumberdaya mineral, sampai  air mineral dijajah asing..

Mulai dari acara tv kelas rendahan sampai berita hoax di internet kita konsumsi..

Sedang sebagian besar dari kita gak mau peduli kalau bangsa ini sedang di setir oleh industri..

Gak ada yang kalian pedulikan kecuali bagaimana caranya agar tetap bisa hidup mudah..

Sekolah gak lagi untuk mencari ilmu, tapi mencari lembar-lembar ijazah sebagai modal untuk mengejar cita-cita agar tetap bisa hidup mudah..

Mencari jodoh bukan lagi berdasar cinta tapi harta..

Gak adalagi menikah dengan alasan untuk ibadah, banyak dari mereka menikah hanya karena ingin agar tetap bisa hidup mudah..

Dengan segala karunia yang Tuhan berikan kepada negeri ini, bahkan untuk hidup mudah saat ini sudah mulai susah..

Gue jadi ingat pidato Bung Karno tentang negeri Utara Kuru..


"Kemarin aku baca Ramayana, saudara-saudara, Ramayana !
Di dalam Kitab Ramayana itu ada disebut satu negeri
Namanya negeri Utara Kuru, yaitu artinya “LORNYA”  negara Kuru
Kuru yaitu Kurawa.
Utara Kuru
Disebutken di dalam Kitab Ramayana itu, bahwa di Negeri Utara Kuru itu
Nggak ada panas yang terlalu, nggak ada dingin yang terlalu
Nggak ada manis yang terlalu, nggak ada pahit yang terlalu.
Segalanya itu tenang. . . Ora ono panas, ora ono adem.
Tidak ada gelap, tidak ada terang yang cemerlang, Kadyo siniram
Banyu ayu sewindu lawase.
Di dalam Kitab Ramayana itu sudah dikatakan . . . . .  hemm . . . . . .
Negeri yang begini tidak bisa menjadi negeri yang besar
Sebab tidak ada . . . o o o . . . up and down! up and down!
Perjuangan tidak ada!
Semuanya adem tentrem . . seneng, seneng pun tidak terlalu seneng,
Sudah . . . .  tenang . . . . tenang Utara Kuru.
Apakah engkau ingin disebut bangsa yang demikian saudara-saudara ?!
Tidak !!
Kita tidak ingin menjadi satu bangsa yang seperti
Tiap hari digembleng oleh keadaan
Di gembleng, hampir hancur lebur – Bangkit  kembali
Di gembleng, hampir hancur lebur – Bangkit  kembali
Di gembleng, hampir hancur lebur – Bangkit  kembali
Di gembleng, hampir hancur lebur – Bangkit  kembali  ! . . . . )"

Maaf Bung Karno, kebanyakan bangsamu ini sepertinya tak pernah sempat membaca sejarah dan petuahmu..

Mereka lebih sibuk menikmati dan mengejar kemudahan hidup daripada susah payah menggali sejarah ~


18 Januari 2018
06:04

Eno kini tinggal di Twitter

Komentar

  1. ga semudah itu juga ya.
    sya pikir semua orang semua pribadi punya perjuangannya sendiri sendiri,
    punya tingkat kesulitannya sendiri, pun ga bisa kita nilai dengan mudah hanya dengan beberapa faktor.
    jika hanya dengan melihat 2 musim saja lalu bisa menilai seluruhnya, kayaknya terlalu dangkal.

    mungkin bisa melihat sejarah lebih lengkap lagi betapa negri ini berkali kali hancur lalu bangkit lagi ada 1 waktu kemiskinan bgtu nampak pada tulang yg mengering dalam balutan kulit retak yg hampir tak ber air.
    bangsa ini rakyat ini masih berjuang dan tiap kita punya hal yg d perjuangkan,
    jgan selalu mencari pembanding yg kita sendiri pun tak tau pasti.
    sperti kata pepatah jawa "sawang sinawang" kita liat hidup orang lain baik pun sebaliknya,padahal belum tentu benar kebenarannya
    .
    tiap kita punya jl hidup dan jalan hidup kita pun mempengaruhi jl hidup orang lain,jika ingin lihat rakyat ini, sodara kita,teman,orang lain memiliki hidup yg baik berjalanlah menjadi contoh.ga perlu muluk n luar biasa cukup menjadi apa yg baik sesuai pikiran mu.


    BalasHapus
    Balasan
    1. Artikel ini artikel opini, dan seperti yg pernah gue bilang, opini itu kaya tokai, semua orang punya bentuknya masing-masing ~

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkontemplasi Bersama Jason Ranti, Melalui Bunyi dan Diksi Album Sekilas Info | Sebuah Review

'Sekilas Info' Jason Ranti, Terinspirasi Ibu Soed dan Kasino Warkop

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1