Selebriti, Netizen & Kebebasan Berbicara

"Setiap orang berhak untuk tersinggung, tapi ketersinggungan lu itu gak lantas membuat lu menjadi benar"

Kutipan diatas itu sering banget gue baca lantaran sering banget gue liat wara-wiri di linimasa media sosial gue..

Entah siapa pembuat & penyebar kutipan tersebut, tapi rasa-rasanya banyak benernya juga..

Menyikapi berkembangnya kebebasan berbicara yang pada akhirnya justru banyak membuat polemik, gue jadi ingin sedikit beropini..

Sebenernya apa sih Free Speech itu?

Apa bedanya dengan Hate Speech?

Ada gak sih garis pembatas antara Free Speech & Hate Speech itu?



Menurut gue, Free Speech yaaa Kebebasan Berbicara, sebebas-bebasnya tanpa kecuali..

Mengemukakan opini..

Sedangkan Hate Speech adalah ujaran kebencian, semurni-murninya ujaran kebencian..

Kebebasan berbicara bisa punya tendensi menjadi ujaran kebencian.. Tapi ujaran kebencian sama sekali gak bisa berlindung pada terminologi kebebasan berbicara..

Gue kasih sedikit contoh yang dekat banget deh ama kehidupan sehari-hari..

Elu boleh berpendapat bahwa "Gak ada sama sekali polisi yang baik"

Pendapat diatas itu udah pasti dari sudut pandang yang berpendapat..

Entah dari pengalamannya yang selalu ketemu polisi ngeselin-kah, gak pernah menemukan polisi yang bekerja profesional-kah, atau justru pernah ditolak ngelamar pacar dan kebetulan bapaknya si pacar adalah seorang polisi, Yaa terserah..

Namanya juga opini, opini tuh kaya Tokai..

Semua orang punya bentuk tokainya masing-masing..

Opini dan pendapat tentang polisi diatas jelas bentuk dari sebuah Kebebasan Berpendapat kalo menurut gue, elu gak boleh dipidana cuma lantaran berujar demikian..

Tapi akan jadi runyam kalo pendapat atau opini lu diatas dilanjutkan dengan kalimat, "Bunuh-bunuhin ajalah polisi-polisi sampah gitu" , atau "Polisi-polisi dan keturunannya gak boleh tinggal disini" ..

Yak, ini udah masuk ke Ujaran Kebencian men..

Dan contoh diatas juga akan sama pengertiannya saat kata ganti objek "Polisi" lu ganti dengan orang dari Ras, Suku, atau penganut Agama tertentu atau apalah itu..

Itulah kenapa gue membela Joshua Suherman, tapi gak membela Ahok dalam kasus ujaran kebencian ini..

Joshua cuma menyampaikan pendapat bahwa kaum Minoritas agak sulit untuk mendapat spotlight di industri hiburan tanah air..

Dan yang namanya pendapat mah gausah dikomparasi dengan fakta dan semacamnya.. Apalagi di uji secara empiris..

Lha wong cuma pendapat, yaudah pasti dari sudut pandang yang berpendapat..

Dan pula, Joshua mengemukakan pendapat itu dalam konteks Stand Up Comedy, mencari sebuah kelucuan dan bukan mengajak untuk membenci..

Beda dengan Ahok, beliau berpendapat bahwa "Surat Almaidah itu bohong" .. Lalu mengajak orang untuk percaya bahwa Surat Almaidah itu adalah sebuah kebohongan..

Waduh ini bunuh diri banget sih..

Kalo aja dia berpendapat doang dan gak lantas mengajak orang umum untuk ikutin pendapatnya, ya mungkin doi bisa lolos dari tuntutan tuh..

Atau beliau ngomong gitu dalam konteks diminta pendapat dan saran-nya juga mungkin boleh-boleh aja beliau menyarankan orang lain/khalayak umum untuk ikutin pendapatnya..

Tapi kasus Joshua yang dilaporkan dan diproses secara pidana ini emang masih lebih beruntung sih..

Hukum Pidana justru lebih kecil efeknya ketimbang Hukum Netizen..

Uus yang gak pernah dilaporkan secara pidana justru pernah ancur-ancuran kariernya karena di bantai Hukum Netizen..

Rina Nose,  menyusul kemudian..

Meski gak se epic kasus Hukum Netizen yang menimpa Justine Sacco juga sih..

Mungkin bangsa ini emang bangsa yang munafik ya, bangsa yang gampang tersinggung dan gak akrab dengan ugly truth..

Dan hal sederhana yang mungkin bisa mengubah kebudayaan dan kebiasaan yang seperti itu gak lain adalah dengan cara banyak-banyak menertawai diri sendiri..

Menyadari bahwa diri kita, sistem masyarakat yang ada, budaya dan gaya hidup manusia kebanyakan ini gak terlalu sempurna dan banyak salahnya juga..

Iya, kalau bukan kita yang membudayakan kebiasaan baru tersebut, mau siapa lagi yang memulai?

Mari membuat society lebih baik dengan mulai menyadari bahwa kita juga bisa salah..

Ajaran orang tua kita bisa salah, dan kebiasaan kita selama ini juga bisa salah..

Mari mulai menyadari bahwa pendapat orang lain bisa aja banyak benernya..

Mari mulai menyadari bahwa mengubah sudut pandang bukanlah hal yang memalukan..

Mari mulai menyadari bahwa masing-masing dari kita memulai dari titik start yang berbeda-beda, dan menjalani hidup-pun dengan besar langkah yang berbeda-beda..

Mari mulai menyadari bahwa budaya gampang tersinggung bisa hilang dengan banyak-banyak open mind..

Dan mari bersama-sama membuat kutipan Adriano Qalbi bahwa "Orang sama sekali gak boleh salah di Internet" , menjadi gak lagi relevan ~



Selasa, 9 Januari 2018
14:22

Eno Kini Tinggal Di Twitter

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkontemplasi Bersama Jason Ranti, Melalui Bunyi dan Diksi Album Sekilas Info | Sebuah Review

'Sekilas Info' Jason Ranti, Terinspirasi Ibu Soed dan Kasino Warkop

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1