Kualitas "Film Target" Yang Membuat Saya Kaget | Sebuah Review


"Sekelompok selebriti mendapat undangan proyek film dari seorang produser misterius. Kontrak dan pembayaran dilakukan serba online tanpa bertemu muka dengan sang pengundang. Para selebritas lintas karya tadi berkumpul disebuah tempat dimana lokasi tersebut kemudian berubah mencekam saat satu persatu dari mereka tewas mengenaskan"

Familiar dengan plot tersebut?

Ya, plot film tersebut adalah plot dasar film Hangout karya Raditya Dika beberapa tahun lalu. Anehnya, plot tersebut kembali digunakan dalam film terbaru milik Radit yang berjudul, Target. Dengan bintang dan dengan jalan cerita yang berbeda tentunya.

Saya berkesempatan menonton lebih awal film yang sedianya akan dilepas rilis pada tanggal 15 Juni 2018 mendatang ini. Sebagai rasa terima-kasih, saya buatkan tulisan review sok-asik berikut ini.

Premier & Screening "Target" @CGV Grand Indonesia

Mendapat undangan Premier dan Screening secara gratisan tidak akan membuat penilaian saya dalam tulisan ini menjadi berbeda. Saya tetap akan menulis review film ini seobjektif mungkin sesuai dengan apa yang saya rasakan. Tentu saja tidak dengan spoiler-spoiler jalan cerita yang berarti.


Cast:

Saya akan memulai penilaian dari segi pemilihan Aktor dan Aktris, yang menurut saya banyak sekali kesan terlalu dipaksakan dan tidak pas.


1. Willy Dozan

Akting seorang aktor kawakan jelas tidak akan mengecewakan. Tapi jika peran yang dimainkan tidak sesuai, atau dialog-dialog yang dibawakan terkesan dipaksa, jelas akan jadi beda soal.

Mengcopy plot peran dari aktor laga Barry Prima yang berubah menjadi kemayu dalam film Realita Cinta dan Rock N Roll, Willy Dozan agaknya gagal total dalam film Target ini.

Seperti yang saya ungkapkan diatas, ini bukan perkara kualitas akting.. Tapi lebih ke persoalan penempatan peran dan dialog.. Radit gagal total mengeksplor kualitas nama besar sang Aktor.


2. Ria Ricis

Saya tidak terlalu mengenal nama ini. Saya juga tidak tau anak ini sebelumnya punya kemampuan akting atau tidak. Tapi dalam film Target, Ria tampak begitu mampu berakting total.

Saya menduga Radit menaruh Ria kedalam film karena hanya sekadar ingin mendompleng nama besar Ria yang seorang Youtuber dengan subscribers jutaan demi menggaet penonton.

Pun demikian, tak jadi soal karena kemampuan akting Ria terbilang lumayan, meski sayangnya tidak didukung oleh kualitas peran dan dialog yang akhirnya justru membuatnya menjadi, biasa saja.


 

3. Abdur Arsyad & Hifdzi Khoir

Kualitas akting dua orang Komika Stand Up ini juga tidak bisa dibilang jelek. Abdur sebelumnya memang punya pengalaman berakting disebuah sitkom televisi. Hifdzi juga mendapat porsi tepat sesuai karakter tentang dirinya yang selama ini ada dibenak masyarakat.

Jika boleh saya katakan, penempatan peran dan dialog dalam film ini untuk kedua orang komika tersebut adalah yang paling baik.

 

4. Anggika & Samuel Rizal

Waduh, saya hampir kehabisan kata-kata untuk kedua orang ini. Aktingnya bagus dan sesuai. Tidak kurang pun tidak berlebihan. Tapi pertanyaannya adalah, Signifikansi peran karakter Anggika dan Samuel ini apa?

Dengan berat hati saya bisa bilang, ada dan tidak adanya peran Anggika dan Samuel dalam film ini, tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Sekali lagi, Radit gagal mengeksplor lebih jauh soal penempatan peran pemain.


5. Rommy Rafael

Aktingnya bagus. Peran dan dialognya juga pas. Sayangnya, itu tidak membuatnya menjadi istimewa karena karakter Rommy dalam film ini kurang kuat terbangun. Scene yang terlalu sedikit dalam perannya di film ini tidak digunakan secara maksimal untuk membangun karakter. Nanggung.

Saya yakin,  film ini bisa jauh lebih bagus jika karakter Rommy diperkuat.


6. Cinta Laura Khiel

Proporsional.

Kualitas akting sesuai dengan perkiraan, peran dan dialog pas. Bahkan dalam beberapa scene ( adegan kelahi dan cinta-cintaan), karakter Cinta Laura tampak begitu menyatu pada jalan cerita dalam film ini.


7. Raditya Dika

Tidak ada kata lain yang lebih mewakili penilaian saya tentang Radit dalam film ini kecuali, Membosankan.

Tidak ada peningkatan apa-apa dari kualitas akting, penempatan karakter maupun dialog dari Radit.

Bukan ingin membandingkan, tapi perkembangan kualitas akting Soleh Solihun dalam film Hangout jauuuuuuuuuuh sekali meninggalkan Radit yang sudah lebih dulu terjun ke dunia seni peran.

Dari sisi komedi, Radit juga tampak begitu-begitu saja. Tidak ada kejutan yang berarti dalam film ini.


Penghakiman:

Twist jalan cerita yang mudah ditebak jelas membuat film ini menjadi tidak istimewa. Banyaknya adegan buang-buang waktu juga makin menambah kebosanan saat menonton.

Lompatan-lompatan adegan terasa datar. Kelucuan dalam dialog juga mengecewakan, mengingat Raditya Dika yang selama ini dikenal memproduksi film dan produk komedi..

Plot dasar film yang jelas-jelas meng-copy plot dasar film Hangout suka tidak suka membuat saya membanding-bandingkan kualitas keduanya, yang sudah pasti dimenangkan oleh Hangout dengan telak.

Peran-peran yang terbangun kuat pada karakter-karakter dalam film Hangout tidak ditemukan dalam film Target ini.. Tidak ada eksplorasi sama sekali..

Karakter utama dalam film yang entah benar atau salah, sepertinya mengacu kepada karakter JIGSAW, juga terasa amat sangat dipaksakan..

Entah sengaja atau tidak, keputusan untuk  meng-copy karakter Barry Prima dalam film Realita Cinta & Rock N Roll juga merupakan sebuah kesalahan besar. Dalam hal ini, karakter yang dimainkan Willy Dozan sama sekali gagal total.

Saya tidak boleh bilang bahwa film ini jelek, tapi jika Comic 8, Warkop Reborn dan Cek Toko Sebelah adalah sebuah kegagalan dalam industri film komedi modern, maka Target menurut saya adalah yang terburuk..

Tapi tak apalah, karena setidaknya jika dibanding film Partikelir,  saya masih lebih mau berangkat untuk menonton film Target..

Point 5,5/10 saya sematkan untuk film ini..

Saya akan tetap merekomendasikan kepada kalian untuk menonton kalau memang punya waktu dan uang berlebih.

Saya yakin karya-karya Raditya Dika kedepan bisa jauh lebih baik dari ini..


11 Juni 2018
Eno kini tinggal di Twitland


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkontemplasi Bersama Jason Ranti, Melalui Bunyi dan Diksi Album Sekilas Info | Sebuah Review

'Sekilas Info' Jason Ranti, Terinspirasi Ibu Soed dan Kasino Warkop

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1