Panduan Cerdas (Dari Orang Bodoh) Bagaimana Menjadi Orang Sukses



Kontestasi Piala Dunia FIFA saat ini sedang berlangsung, pertandingan demi pertandingan memberikan pelajaran berarti dalam hidup. Salah satunya adalah, tentang cara paling efektif bagaimana mencapai sebuah tujuan..

Betapa diving, tak-tik memperlambat jalannya pertandingan agar waktu lekas habis terbuang dengan melakukan pergantian pemain atau pura-pura cidera, menginjak kaki pemain lawan untuk memancing emosi, saling jegal dengan brutal tanpa berpikir bahwa apa yang dilakukan bisa membuat cacat dan mempengaruhi masa depan hidup seseorang. Ya, semua dilakukan.. Semua dilakukan demi satu tujuan pertandingan, yaitu menang.


Tak jauh beda dengan riuh dunia Politik. Betapa partai satu dengan partai lain bersaing dengan cara-cara menjijikan. Menebar bibit kebencian, menarik pelatuk permusuhan, menciptakan sentimen Politik Identitas, mencipta dikotomi yang satu Neraka yang satu Surga, yang satu Nasionalis yang satu Pemberontak, tanpa menyadari bahwa yang demikian bisa menggerus persatuan dan kesatuan bangsa. tapi di lain waktu, partai satu bisa bergandeng beriringan mengusung calon yang sama di Pilkada dengan sang partai lawan.. Kemunafikan, ke-tidak-tau-malu-an, oportunistis, insting ke-binatang-an. Ya, semua dilakukan, semua dilakukan demi satu tujuan berpolitik, yaitu Kekuasaan.



Dalam berkarier tak jauh beda, gua yang pernah mencicip dunia kerja jelas akrab dengan yg demikian. Saling fitnah antar kawan, saling jilat sepatu atau bokong atasan, sogok menyogok, memanipulasi kewenangan untuk membuat perusahaan seolah milik keluarga, tanpa berpikir bahwa yang demikian sama saja merampok hak ribuan pencari kerja yang tak punya koneksi orang dalam. Nepotisme, kebusukan, permainan anggaran. Ya, semua dilakukan, semua dilakukan demi satu tujuan berkarier, yaitu Hidup Mapan.

Sama sekali gak beradab memang ~




Terus terang, saat ini gua sedang dibuat frustasi oleh bagaimana cara dunia ini bekerja.

Apakah untuk berhasil mencapai tujuan hidup, manusia memang harus curang?

Lalu bagaimana dengan Nasib baik? Nasib buruk? Pekerja Keras? Kehendak semesta?

Gua rasa enggak.. Gua pikir soal beradab atau tidaknya elu mencapai sebuah tujuan ini hanya soal pilihan.

Lalu belakangan gua menyambangi kawan-kawan lintas karya. Hidup sedang semrawut, sepertinya gua butuh bantuan mereka demi memperbaiki nasib. Tapi bukan jalan keluar yang gua dapat, justru gua dihadapkan kepada fakta yang nyaris membuat gua putus asa.

Kecurangan yang demikian juga ada di ranah arus bawah. Tempat yang katanya bebas dari pretensi. Tempat dimana para seniman berkarya, bukan bekerja. Tempat dimana anak muda mengerek bendera Idealis dan melawan Kapitalis. Tempat dimana musisi indie berkolaborasi melawan industri. Tempat dimana komunitas saling berjejaring, bukan saling menjadi maling.

Tempat tersebut ternyata juga sudah dikuasai Kartel besar dengan rekening gemuk, yg menjadikan teman-teman gua gak lebih dari sebagai sapi perahan demi julukan "anak indie", "hipster" "seniman", "pekarya" dan julukan-julukan fana lain..

Perihal Kartel Besar Di Komunitas Indie ini, mungkin akan gua lanjutkan di tulisan lain..

Sekarang gua akan menyudahi saja tulisan ini dengan mengajak kalian merenung..

Apakah cara efektif untuk mencapai tujuan memang harus dengan menjadi orang yang curang?





18.03
28 Juni 2018
Eno kini tinggal di Twitland

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkontemplasi Bersama Jason Ranti, Melalui Bunyi dan Diksi Album Sekilas Info | Sebuah Review

'Sekilas Info' Jason Ranti, Terinspirasi Ibu Soed dan Kasino Warkop

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1