Perlakukan Idolamu Seperti Selayaknya Idolamu Diperlakukan



"Dalam hidup, hanya dua hal yang sanggup mengubah Manusia, yang pertama uang, yang kemudian, Cinta."

Awal tahun 2013 lalu gua pernah bertemu Jokowi. Kami berjabat tangan dan berdiskusi mengenai banjir besar Jakarta sebab jebolnya tanggul Banjir Kanal Barat yang berhasil memporak-porandakan sebagian besar pusat bisnis, pemerintahan dan bahkan Istana. Saat itu beliau masih menjabat sebagai Gubernur DKI, sedangkan gua adalah cecunguk di perusahaan kereta api yang jalur relnya babak belur dihajar derasnya aliran air.

Cecunguk Sudirman


Gua masih ingat, lengkap dengan detil detik-detik pertemuan tersebut, karena beberapa tahun setelahnya, beliau memenangi Pemilu dan kemudian memangku jabatan sebagai Presiden di republik ini.

~~~~~~

Beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 25 Agustus di tahun yang sama, Tuhan memperkenankan gua untuk bertemu dan berkenalan dengan Krishna Radhitya. Sosok utama dari kedatangan band bangsat sejuta umat, Metallica, untuk menggelar konser kedua kalinya di Indonesia. Kami berjabat tangan, mengambil foto bersama dengan sedikit chitchat tentu saja.

Krishna Radhitya (Blackrock)


Gua masih ingat, lengkap dengan detil detik-detik pertemuan tersebut, karena setelahnya, kami menjalin hubungan pertemanan yang lumayan akrab.

~~~~~~

Banyak lagi kemudian orang-orang hebat yang gua temui, berdiskusi, kerjasama atau bahkan kemudian berteman. Sebutlah Dahlan Iskan, Sujiwo Tejo, Luhut Binsar Pandjaitan, Ali Muchtar Ngabalin, lukman Hakim Saiffudin, Nur Mahmudi Ismail, Iankanlah, Uus, Band The Flowers, Tic Band, Sheila On 7, Dul Jaelani dan banyak lagi.

Tapi kesamaan dari kebanyakan mereka adalah, gua hanya sebatas menghormati atau mengagumi. Beda dengan pria yang satu ini. Rio Tantomo. Gua adore. Cinta. Bahkan mungkin, ingin menjadi. Orang kedua setelah William Axl Rose dimasa kanak-kanak gua dulu.

Rio adalah seorang Jurnalis muda yang merepresentasikan kegelisahan banyak orang. Narasinya selalu kasar, unik dan tunggu sebentar, gua sedang menimbang-nimbang apakah kata brilian tidak terlalu sederhana gua sandangkan kepadanya. Hmmm, sepertinya memang tidak. Kata brilian tidak cukup gua sematkan sebagai pujian buat isi kepalanya yang penuh friksi-friksi diluar nalar kebanyakan kita.

Rio adalah orang pertama (bahkan mungkin satu-satunya) jurnalis yang menuliskan kata Kontol dalam sebuah artikel musik di sebuah media besar di Indonesia. Rio  pula lah yang membuat gua lebih menekuni dunia tulis menulis, yang memang sedari dulu gua gemari tapi gua tinggalkan karena merasa tidak cukup punya bakat. Rio berhasil menantang gua untuk tidak sekadar bermain kata, logika. Bukan sekadar memelintir diksi, tapi juga membangun energi di batin para pembaca.

Berhasil atau tidak, gua juga tidak begitu tahu.

Rio memantik api yang kemudian membuat nyala mesin uap imajinasi gua.

Rio adalah guru seni tulis menulis buat gua. Seperti juga Sujiwo Tejo, Sapardi Djoko Damono, Rendra, Randu Alamsyah, Cak Nun dan lain-lain, gua banyak mencuri paksa ilmu dan formulanya.

Rio Tantomo (Traxmagz/MBB/Amvibe)

Sore tadi, akhirnya gua bertemu Rio dalam sebuah skenario yang begitu apik diatur Tuhan. Berita baiknya, gua juga punya kesempatan untuk berkolaborasi bersama. Jika memang sesuai dengan apa yang direncanakan, bersama Auliya Akbar ( Drummer Revenge/Deadsquad) dan beberapa teman lain, kami akan bekerjasama dalam sebuah project yang masih dirahasiakan. Doakan saja.

Auliya Akbar ( Revenge/Deadsquad)

Manusia bisa berencana, tetap Tuhan punya kuasa. Pun jika takdir berkehendak lain, Gua akan ingat, lengkap dengan detil detik-detik pertemuan tadi, karena beberapa tahun setelahnya, ini tetap akan jadi cerita yang sama membanggakannya.


19 Juli 2018 03:55
Eno kini tinggal di Twitland




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkontemplasi Bersama Jason Ranti, Melalui Bunyi dan Diksi Album Sekilas Info | Sebuah Review

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1

'Sekilas Info' Jason Ranti, Terinspirasi Ibu Soed dan Kasino Warkop