Voice of Baceprot, Antara Ingar Bingar Metal, Hijab dan Budaya Ketimuran

Grup band Voice of Baceprot. (Foto: Eno Suratno Wongsodimedjo)


Jakarta - Personel grup band metal asal Indonesia Voice of Baceprot (VoB) ternyata pernah melalui jalan terjal penolakan dan kritik keras sebelum akhirnya bertumbuh menjadi trio metal hijabers yang disegani kancah musik cadas internasional.

Para personelnya mengaku pernah ditentang banyak pihak lantaran bermain musik keras dengan tetap mengenakan hijab dalam setiap penampilannya.

Berbicara dalam program wawancara virtual bersama Google, Marsya sang vokalis mengaku kerap mendapat kritik dan diminta oleh banyak pihak untuk berhenti bermusik pada awal karier mereka.

Pasalnya, banyak pihak menilai musik keras tidak cocok dengan penampilan para personel band asal Jawa Barat itu yang rata-rata mengenakan hijab dan pakaian tertutup.

"Paling banyak adalah yang menyuruh berhenti bermain musik. Kebanyakan orang berpikir kita kurang cocok untuk main musik yang keras dengan penampilan berhijab," kata Marsya.

"Jadi orang-orang menyarankan untuk berhenti bermusik atau tetap bermusik tapi lepas hijab," ujar dia.

Marsya menuturkan, bermacam kritikan menghampiri para personel VoB hingga mereka sendiri merasa jengah dan terbiasa.

Bahkan, komentar-komentar negatif tersebut datang dari berbagai arah, termasuk keluarga dan lingkungan sekitar mereka.

"Banyak juga yang menyarankan untuk fokus di rumah saja. Hal-hal semacam itu sudah jadi makanan sehari-hari kita," kata dia.

"Kalau dari keluarga, mereka menganggap profesi sebagai pemusik itu enggak bisa menjamin masa depan. Di lingkungan juga disangkanya kita mau menyebarkan pengaruh buruk," ujar Marsya.

Kendati begitu, Marsya dan rekan satu bandnya yakni Sitti dan Widi, tak mau ambil pusing dengan segala komentar miring tersebut. Terlebih, merasa justru semakin menemukan diri mereka di dunia musik.

"Seiring berjalannya waktu, kita menemukan diri kita di musik. Kita memang sempat takut mengambil langkah, tapi kita akhirnya tetap yakin pada diri sendiri," tutur Marsya.

"Kita memutuskan tetap jalan, karena kalau berhenti, justru itu yang mereka inginkan. Kita enggak mau menyerah karena ketakutan," katanya.

Belakangan, karier permusikan Voice of Baceprot justru semakin melambung. Bahkan, namanya kian nyaring terdengar di kancah musik keras internasional.

Buntutnya, VoB mulai mendapat undangan untuk bermain di sejumlah festival musik cadas bertaraf internasional, termasuk Wacken Open Air 2022 di Jerman, dan Colors of Ostrava.

Marsya mengatakan, yang terpenting dalam bermusik adalah pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengarnya.

Menurutnya, musik metal banyak menyuarakan keadilan, isu kesetaraan, isu lingkungan, hingga isu kemanusiaan. Hal itulah yang membuat Voice of Baceprot tetap konsisten dengan musik tersebut.

"Kami berniat untuk memasukkan pesan-pesan baik termasuk kesetaraan gender dan hak-hak perempuan di musik kami," kata Marsya.

"Kami percaya musik memiliki bahasa sendiri yang bisa menyentuh semua usia dan kalangan," tutur dia. []

Artikel ini ditulis oleh Eno dan pernah ditayangkan di portal berita OPSI ID

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkontemplasi Bersama Jason Ranti, Melalui Bunyi dan Diksi Album Sekilas Info | Sebuah Review

'Sekilas Info' Jason Ranti, Terinspirasi Ibu Soed dan Kasino Warkop

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1