Postingan

Review Avengers Endgame (Spoiler Alert) Part 1

Gambar
"Warning!!! Review 100% mengandung spoiler. Kalau elu adalah snob MCU yang ogah terpapar info bocoran, ada baiknya tidak usah lanjut membaca, dan kembali menabung buat nonton filmnya" ~ --- Setelah 11 tahun perjalanan Marvel Cinematic Universe (MCU) , puncak phase ke-3 MCU ditutup dengan Avengers Endgame yang begitu memukau. Sesudahnya memang akan ada Spider-man Far From Home , tapi gua rasa judul itu justru akan jadi jembatan menuju phase berikutnya, alih-alih sebagai penutup sesi. Sebagai Marvel Geek Poser , gua happy luar biasa sejak trailer Endgame perdana dirilis. Selanjutnya, gua memutuskan untuk membeli tiket dan menonton, di hari perdana film tersebut diputar di Indonesia. Durasi film yang lebih dari 3 jam lamanya, sama sekali tidak diisi dengan adegan menye-menye yang membuang waktu. Keseluruhan durasi digunakan maksimal untuk kebutuhan alur cerita. So, ada baiknya mengisi perut atau menyiapkan makanan dan minuman sebelum menonton. Se

Panggung Darurat Jason Ranti & Fajar Merah di Parkiran Toba Dream Cafe

Gambar
Foto by Xiaomi 3S Musisi Jason Ranti alias Jeje Boy dan Fajar Merah diagendakan mengisi helatan "Konser Yang Muda Melawan Lupa", pada Sabtu (6/4) pukul 23.25 malam, di Toba Dream Cafe, Jakarta Selatan. Pukul 19.30,  penonton sudah membludak hingga mengular ke area parkir dan jalanan. Panitia menahan masuk ratusan pengunjung yang terlanjur berada di depan pintu, lantaran venue disebut telah terlalu penuh. Sementara di luar, massa Gerombolan Woyoo, sebutan bagi penggemar Jeje Boy masih terus berdatangan. Pukul 20.58, panitia putar akal untuk menjaga situasi tetap kondusif, dengan memboyong Jason Ranti, yang saat itu akan berkolaborasi bersama musisi Fajar Merah, untuk bermain di luar venue. Fajar adalah musisi yang juga putra penyair Widji Thukul, aktivis pro demokrasi korban penghilangan paksa oleh orde baru pada tahun 1997-1998 silam. Tepat pukul 21.10, Jason Ranti dan Fajar Merah telah berada di area parkir yang disulap sedemikian rupa, menjadi pen

Pentjapaian Selama 2018

Gambar
Berpose bersama Legenda Hidup Rock & Roll Lokal Indonesia ini merupakan penutup tahun yang Uwuwuwuw buat eug 🔥 Mengulang apa yang pernah gua lakukan pada akhir tahun 2017 silam. Di akhir tahun 2018 ini gua juga akan menuliskan perihal apa saja yang telah gua capai (dan cukup bangga mencapainya) di sepanjang 2018.. Yak, Turbulensi di hidup gua sepanjang tahun masih tetap deras.. Bahkan gua sempat melakukan satu hal yang selama ini betul-betul amat sangat gua hindari. Yaitu, berhutang.. Alhamdulillah-nya, di 2018 ini gua justru menapaki level pencapaian baru dalam hidup. Gua mendapat sebuah kemewahan berupa kesempatan menjadi jurnalis musik.. Sadar kalau tulisan-tulisan gua masih jauh dari kata bagus, tapi hey siapa yang peduli? Toh ini adalah salah satu cita-cita dalam hidup yang akhirnya tercapai. Hantam sajaaaa.. Ikut bersumbangsih di keriaan Asian Games 2018 juga membanggakan sih, selain itu gua juga berkesempatan untuk sekadar kenalan, chitchat bahka

Usung Genre Pop Punk, Long Distance Project Rilis 2 Single Lama

Gambar
Kabar terbaru datang dari kelompok musik asal Bekasi-Jakarta, Long Distance Project. Pengusung genre Pop Punk yang berdiri sejak 2011 tersebut melepas rilis 2 single lama milik mereka melalui platform pemutar musik digital Spotify pada tanggal 17 Desember 2018 lalu. Bekerja sama dengan Reallist Management dan Mukee Cloth & Merch, band yang digawangi oleh Ridwan Aljogja (Vokal), Muzzi Kidung (Gitar), Agung (Bass), Ary Julio Christian (Drum) dan Andrean Putra (Synth/Keyboard) itu menggelontorkan ulang dua lagu mereka yang berjudul "Selalu Untukmu" dan "Waktu Yang Tepat. Ridwan Al Zhoe, melalui siaran persnya menerangkan bahwa tujuan perilisan merupakan upaya untuk menghidupkan kembali kancah Pop Punk lokal yang belakangan mulai kehilangan gaungnya. "Ini sebetulnya dua lagu lama yang pernah kita rilis sekitar 2012an lalu. Kita rilis ulang karena sekarang kan ramenya di layanan streaming musik gitu. Yaa itung-itung ngeramein lagi genre Pop Pun

Menakar Pendapatan Musisi Indie

Gambar
(Seringai, saat tampil membakar panggung.)/Foto:Instagram/Seringai Kancah indie terlalu sering dipandang sebelah mata oleh sponsor dan produser acara musik. Sidestream Warriors yang sejatinya punya barisan massa melimpah ini kemudian membuktikannya belakangan. Tanpa bantuan sponsorship yang ndakik-ndakik sekalipun, mereka masih sanggup bernapas, berlari bahkan mengangkasa di ruang kedap sorot pemberitaan tv. Jadwal manggung yang padat, pendapatan dari penjualan merchandise , juga dari hasil menjajakan musik secara digital bukan hanya mampu menghidupi mereka. Awak panggung, photographer , sound engineer dan banyak profesi lain kini mampu mendapat bayaran layak di ekosistem yang semakin tumbuh ini. Pada kesempatan kali ini, Gua berkesempatan untuk mewawancarai manager dari  2 kelompok musik arus samping yang tumbuh dan bertahan dalam skena lokal yang kian memboyas. (Seringai bersama Rhenda Rais, saat proses produksi video klip “Selamanya”.)Foto: Instagram/S