Postingan

Hanster And The Singlet Army, Memacu Rockabilly Di Record Store Day Indonesia 2018

Gambar
Arena gelaran Record Store Day Indonesia 2018 di Kuningan, Jakarta Selatan, riuh redam. Pengunjung sibuk menguras kocek dengan beringas. Memburu rilisan fisik musik lama maupun baru yang layak koleksi. Diantara kaset-kaset terbitan terbaru tersebut, terselip rilisan milik band beraliran Rockabilly ,  Hanster And The Singlet Army. Album berjudul "Ini Waktu Kita Rockabilly "  milik band asal Jakarta tersebut memang secara khusus dilepas rilis dalam keriaan tahunan ke 7 ini. Di Indonesia, jumlah band beraliran Rockabilly hanya bisa dihitung jari. Borock N Roll asal Jakarta dan The Hydrant asal Bali adalah salah duanya.. Hanster And The Singlet Army sebetulnya adalah sebuah proyek solo seorang teman lama saya bernama Hans Pardede, dikawal 10 orang pemusik The Singlet Army , Hans memekik lagu-lagu berirama Rockabilly khas Boogywoogy era 80'an.. "Sebetulnya ini adalah proyek solo, The Singlet Army adalah teman-teman yang secara bergantian

Under The Bridge Stasiun Cakung, Apa Kabar?

Gambar
Medio tahun 2000an adalah era transisi dalam segala bidang. Sebuah era milenium baru yang dengan segala kemajuannya membawa teknologi konvensional menuju pola digitalisasi kedalam berbagai industri. Wajah kancah musik lokal pun turut terkena imbasnya.. Didalam negeri, era Reformasi Politik baru saja terjadi kala itu, anak muda sedang dimanja oleh anugerah kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi. sedang di luar, dunia sedang gandrung dengan Compact Disk (CD) atau Video Compact Disk (VCD) Anak-anak muda yang memang sudah berjejaring dalam kancah musik bawah tanah sejak sebelum era Reformasi terjadi, sedikit demi sedikit mulai mendapat exposure nya ditengah masyarakat,  kemudian terus berkembang.. Berbagai jaringan musisi bawah tanah baru mulai ikut bermunculan. Membuat Home Recording, memproduksi Album CD Kompilasi, Video Klip dan lain-lain secara swadaya. Salah satu pergerakan bawah tanah tersebut adalah Komunitas Cakung Unity.. Sebuah tempat di sudut peron

Dul Jaelani, Cakrawala Dalam Tiga Kata

Gambar
Pengantar: Pada medio Juni 2017 gue berkesempatan mewawancarai Dul Jaelani perihal rencananya membuat project solo.. Dalam sesi wawancara tersebut, Dul mengemukakan bahwa dirinya sudah merasa cukup puas bersenang-senang bersama Backdoor, band beraliran Grunge yang dimotorinya dan ingin mulai mencoba untuk berkompromi dengan industri musik Indonesia ( Untuk seluruh isi wawancara bisa dilihat disini ).. Beberapa bulan berikutnya, rencana tersebut terealisasi dengan dirilisnya single "Kamu dan Aku" milik Dul Jaelani pada Agustus 2017.. Ternyata project solo Dul Jaelani ini tidak main-main atau sekedar coba-coba, terbukti pada 7 Maret 2018 lalu, Pria bernama lengkap Ahmad Abdul Qadir Jaelani ini melepas lagi "Cakrawala" sebagai single keduanya..  Gue langsung mengejar untuk kembali menodong permintaan sesi wawancara. melalui manajer Dul, permintaan kesempatan wawancara melalui platform chat whatsApp dikabulkan, berikut petikannya: Halo, Apa k

Musik Lokal Indonesia, Nasibmu Kini

Gambar
"Apa yang terlintas dikepala kamu saat saya menanyakan perihal apa yang terjadi pada nasib Industri musik di Indonesia sekarang? Jawab dengan cepat, reaktif, bahkan bila perlu tanpa sempat berpikir.." Pertanyaan diatas secara acak saya lontarkan kepada belasan kawan saya, baik  mereka yang memang berkecimpung di Industri musik maupun tidak, dan jawaban dari mereka, kira-kira seperti ini: Aneh, Parah, Kemajuan Di Industri Bawah Tanah, Keseragaman, Mulai Redup, Mati Suri, Pembajakan, Materialistis, Kejar Setoran, Jauh Dari Seni, Ketenaran Instan, Lesu, Komersil, Mati, Makin Kreatif, Dominasi Dangdut, Membosankan, Tidak Berkualitas, Monoton, Ribet, Tidak Jelas, Masih Easy Listening, Dan jawaban ter-epic adalah Lugu.. Hah? Lugu? Iya, Lucu Dan Guoblok :)))) Kebanyakan dari kawan-kawan saya memberikan jawaban dengan sentimen negatif, meski ada juga yang memberikan jawaban dengan sentimen positif.. Per

Catcher In The Rye, Novel Paling Berpengaruh Yang Penuh Inspirasi

Gambar
" Orang genius memang hampir tidak ada bedanya dengan orang gila" .. Kira-kira inilah yang seketika tersirat dikepala gua saat menamatkan Novel legendaris "Catcher In The Rye" karya J.D Salinger .. Novel yang mengilhami Axl Rose , pelantang nomor Sweet Child O' Mine ini, menciptakan lagu berjudul sama dalam album termutakhirnya bersama Guns N Roses yang bertajuk Chinese Democrachy beberapa tahun lalu.. Tidak hanya Axl Rose, tak kurang dari 10 musisi dan band lain juga tercatat memiliki karya musik yang di inspirasi dari novel kelam tersebut, mulai dari band Punk Rock Greenday dengan single "Who Wrote Holden Caulfield" sampai dengan band beraliran Emo The Ataris dengan singlenya yang berjudul "If You Really Want To Hear About It" .. Adalah Holden Caulfield, bocah berumur 17 tahun yang menjadi tokoh utama dalam novel.. Sepanjang halaman dan bab, kita akan disuguhkan dengan cerita perjalanan remaja tersebut melintasi hidup pask